Ide cerita Walde Nenang Uran Wair datang dari tradisi meminta hujan masyarakat Tana Ai. Tana Ai berada di Kabupaten Sikka, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Masyarakat
Tana Ai berbicara dengan bahasa Muhan. Bahasa Muhan inilah yang dipakai
oleh Agnes Lely Parera Iriadi untuk menerjemahkan teks cerita dari
bahasa Indonesia.
Penulisnya, Agnes Bemoe, mengolah cerita Walde Nenang Uran Wair dengan apik. Kalimat-kalimat teks cerita Walde Nenang Uran Wair pendek-pendek sehingga bisa dipakai untuk beragam jenjang usia pembaca.
Agnes
Bemoe tidak menyelesaikan akhir cerita Walde Nenang Uran Wair secara lengkap. Nasib kembang kesayangan Walde dan tanaman jagung Nenek pun tidak dibahas. Apakah Agnes Bemoe menawarkan respons terbuka pembaca? Atau Agnes Bemoe berpikir, tanpa perlu dibahas secara gamblang sekalipun pembaca sudah tahu, kok, akhir cerita Walde.
Ilustrasinya tidak sekadar untuk mempercantik buku. Rita Nurday, sang ilustrator, tidak membuat gambar yang mengulang cerita. Walde Nenang Uran Wair memiliki ilustrasi yang kuat dan berkarakter. Antara ilustrasi dan teks memiliki peran seimbang dan saling mendukung. Sejalan dengan tujuan penulisan pada bagian Kata Pengantar, ilustrasi buku Walde Nenang Uran Wair banyak menampilkan kekayaan budaya masyarakat Tana Ai seperti rumah adat, kain tradisional, dan upacara minta hujan. Rumah adat dan kain tradisional digambar cukup detail.
Pustaka Siwi menemukan beberapa kelebihan buku ini. Tentunya masih ada kelebihan lain yang dimiliki buku Walde Nenang Uran Wair menurut versi pembaca. Pembaca menemukan hal menarik apa di dalam buku Walde Nenang Uran Wair?
Masukan untuk buku Walde Nenang Uran Wair berkaitan dengan informasi enam bahasa di Kabupaten Sikka. Walde Nenang Uran Wair dibuat bukan sebagai buku ensiklopedi bahasa. Jadi, tampilkan informasi
seperlunya saja. Kalau penasaran dengan bahasa dan dialek di Kabupaten Sikka, pembaca bisa mengandalkan Google misalnya.
Q Apakah Walde Nenang Uran Wair bisa dipakai untuk read aloud?
A Sangat bisa! Walde Nenang Uran Wair sangat bisa jadi materi read aloud. Pembaca bisa berimajinasi melampaui teks lewat ilustrasinya.
Q Apakah Walde Nenang Uran Wair bisa dipakai untuk menggali critical thinking pada anak?
A Walde Nenang Uran Wair bisa dipakai untuk belajar critical thinking melalui teks dan ilustrasi.
Q Saya tidak paham Bahasa Muhan. Bagaimana cara membaca teks Walde dalam bahasa Muhan?
A Pembaca tidak perlu fasih berbicara dalam bahasa Muhan, karena pointnya bukan untuk belajar bahasa. Bahasa Muhan dihadirkan sebagai sumber pengetahuan budaya, terutama bagi pembaca yang bukan penutur asli. Tidak masalah kalau pelafalannya masih salah. Jika ingin belajar bahasa Muhan, bisa menghubungi penutur aslinya.
Q Bagaimana kalau anak saya bertanya tentang Pati Neni Uran Wair sedangkan pengetahuan saya sebagai orang tuanya sangat terbatas?
A Tenaaangg, para kreator sudah mendesain buku Walde Nenang Uran Wair dalam "paket lengkap". Pada bagian belakang buku (tidak ada nomor halamannya), ada halaman yang khusus mengulas ritual Pati Neni Uran Wair. Menurut Pustaka Siwi, penjelasannya lengkap, kok.
Q Kalau hanya membaca ulasan ritual pati neni uran wair, bagaimana memberi gambaran pada anak tentang upacara adat tersebut?
A Inilah salah satu kelebihan buku Walde Nenang Uran Wair! Bagian uraian tentang ritual pati neni uran wair bisa dikolaborasikan dengan halaman teks dan ilustrasi cerita. Jika anak sudah mampu membaca sendiri, halaman yang bercerita tentang upacara minta hujan bisa dibaca sendiri oleh anak sementara orang tua memberi penjelasan berbekal informasi dari bagian Ritual Pati Neni Uran Wair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar